Mohammad
Hatta atau yang lebih dikenal dengan Bung Hatta ternyata anak dari
seorang mursyid tasawuf yang sering mengajarkan kitab al-Hikam Ibn
Athaillah. Nama Hatta (aslinya Mohammad Athaillah) itu diberikan oleh
ayahnya untuk tabarruk (mengambil berkah) dari pengarang kitab al-Hikam.
Dalam prosesnya, karena harus di-Belandakan, maka namanya menjadi Hatta.
Ebiet G Ade memiliki kemiripan dengan Bung Hatta. Nama asli musisi ini
adalah Abid Ghoffar Aboe Dja'far. Aboe Dja'far adalah nama ayahnya. Nama
Abid berubah jadi Ebiet bermula dari pelajaran bahasa Inggris yang
diikutinya di sekolah tinggi. Oleh guru bahasa Inggrisnya, Abid selalu
dipanggil Ebiet. Mungkin karena lidahnya terbiasa mengucapkan kata A
menjadi E. Belakangan, karena terbiasa dipanggil begitu, akhirnya dia
lebih dikenal dengan panggilan Ebiet.
Dua tokoh di atas
(politik dan musisi) berubah namanya karena proses sejarah. Namun yang
menarik adalah, sekarang banyak orang tua yang ketika anaknya brojol
lahir, lantas diberi nama Arab yang dibarat-baratkan. Seperti Aisha
(maksudnya Aisyah), Jameela (maksudnya Jamilah). Memang, orang Barat
dalam transliterasinya menuliskan Sy menjadi Sh, dan ta marbutah biasa
tidak diucapkan dengan jelas.
Ada lagi yang lebih menarik. Agar
anaknya kelihatan modern, lantas diberi nama dengan nama-nama orang
Eropa. Seperti Araxie (artinya sumber ilham, Armenia), Beriszl (artinya
hormat, Hongaria), Glynnis (artinya indah dan suci, Wales). Tapi perlu
disadari, nama itu ternyata membuat repot petugas kelurahan. Buat Akta
Kelahiran, salah. Mencatat Kartu Keluarga, salah. Buat KTP, juga salah.
Tentu sangat memusingkan.
Lebih kasihan lagi ada orang tua yang
tidak tahu arti nama anak, atau tahu, tapi tidak sadar dalam lingkup
budaya apa dia hidup. Misal, karena enak diucapkan, dikasihlah anaknya
dengan nama Jalmowono. Padahal arti dari Jalmowono adalah Orang Utan.
Atau Buruj (bahasa Arab), artinya bagus, benteng atau istana. Dalam
al-Qur'an diartikan dengan gugusan bintang. Tapi bagi orang Barabai
khususnya, atau Kalimantan Selatan pada umumnya, Buruj atau Burut
maksudnya adalah buah zakar membengkak.
Jumat, 23 Mei 2014
Tolong Jangan Lewat Kemenag
Seorang anak laki-laki yatim menulis surat
kepada Tuhan. Dia mengeluhkan nasib keluarganya yang susah. Surat yang
ditulisnya itu dimasukkan ke dalam botol dan dilarutkan ke laut.
Berminggu-minggu risalah dalam botol itu terombang-ambing di laut hingga akhirnya terdampar di pantai. Mujur, botol yang berisi surat itu ditemukan oleh pegawai Kemenag (Kementerian Agama) yang kebetulan berlibur bersama keluarga di pantai.
Setelah membaca isi surat yang lengkap dengan alamat, pegawai Kemenag membawa surat itu ke rumah. Pada hari kerja, surat itu dibawanya ke kantor, dan disampaikannya kepada atasan. Atasan terlihat sedih membaca baris demi baris rintihan nasib si anak yatim.
Pada bagian isi surat, anak malang itu sangat berharap mendapatkan uang satu juta dari Tuhan untuk mengatasi keuangan keluarganya. Sang atasan pun bereaksi. Dalam kesempatan rapat, dia utarakan isi surat anak yatim, dan mengajak bawahannya untuk menyumbang semampunya.
Dari hasil tarikan, terkumpulah uang sebanyak 700 ribu rupiah. Uang yang terkumpul kemudian dikirimkan ke alamat anak yatim dengan status pengirim Kemenag. Setelah berselang sehari, uang kiriman Kemenag sampai. Anak yatim malang terlihat sangat bahagia. Tuhan telah menjawab suratnya.
Namun ketika mengetahui jumlah uang yang diterima, anak malang itu berubah sedih. Bukankah dia dalam surat meminta kepada Tuhan satu juta, tapi mengapa yang diterima cuma 700 ribu? Malam, sehabis shalat isya, anak yatim itu berbicara kepada Tuhan. Katanya: "Tuhan, hamba sangat berterima kasih atas kiriman uangnya. Tapi hamba mohon, kalau besok hamba meminta lagi, tolong jangan kirimkan lewat Kemenag, nanti mereka potong lagi uangnya."
Berminggu-minggu risalah dalam botol itu terombang-ambing di laut hingga akhirnya terdampar di pantai. Mujur, botol yang berisi surat itu ditemukan oleh pegawai Kemenag (Kementerian Agama) yang kebetulan berlibur bersama keluarga di pantai.
Setelah membaca isi surat yang lengkap dengan alamat, pegawai Kemenag membawa surat itu ke rumah. Pada hari kerja, surat itu dibawanya ke kantor, dan disampaikannya kepada atasan. Atasan terlihat sedih membaca baris demi baris rintihan nasib si anak yatim.
Pada bagian isi surat, anak malang itu sangat berharap mendapatkan uang satu juta dari Tuhan untuk mengatasi keuangan keluarganya. Sang atasan pun bereaksi. Dalam kesempatan rapat, dia utarakan isi surat anak yatim, dan mengajak bawahannya untuk menyumbang semampunya.
Dari hasil tarikan, terkumpulah uang sebanyak 700 ribu rupiah. Uang yang terkumpul kemudian dikirimkan ke alamat anak yatim dengan status pengirim Kemenag. Setelah berselang sehari, uang kiriman Kemenag sampai. Anak yatim malang terlihat sangat bahagia. Tuhan telah menjawab suratnya.
Namun ketika mengetahui jumlah uang yang diterima, anak malang itu berubah sedih. Bukankah dia dalam surat meminta kepada Tuhan satu juta, tapi mengapa yang diterima cuma 700 ribu? Malam, sehabis shalat isya, anak yatim itu berbicara kepada Tuhan. Katanya: "Tuhan, hamba sangat berterima kasih atas kiriman uangnya. Tapi hamba mohon, kalau besok hamba meminta lagi, tolong jangan kirimkan lewat Kemenag, nanti mereka potong lagi uangnya."
Seperti Menghirup Udara
Seorang
Filsuf didatangi anak muda yang mau belajar hikmah kepadanya. Filsuf
itu terlihat enggan dan menyuruh anak muda pergi. Anak muda tetap
bertahan dan memohon. "Pergilah, kamu tidak akan tahan belajar
bersamaku," kata Filsuf. "Tidak, saya tetap ingin belajar kepada tuan.
Saya akan kuat bertahan."
"Baiklah, mari ikuti aku." Filsuf mengajak anak muda menuju sungai. Di bahu sungai yang dangkal, Filsuf itu kemudian menyuruh anak muda melihat sesuatu yang ada di dasar. Sambil menatap keras ke dasar anak muda itu berkata: "tidak ada sesuatu apapun tuan."
Tanpa diduga, dari belakang sang filsuf menyergap dan menenggelamkan kepala anak muda ke dalam air. Lama, lebih semenit anak muda itu ditenggelamkan. Sampai terlihat banyak gelembung udara menghembus di permukaan, Filsuf itu kemudian menarik kepala anak muda.
"Gila, apa tuan ingin membunuhku?" Dengan wajah pucat dan nafas terengah-engah anak muda itu mengumpat. Filsuf itu menjawab: "Nak, ini hikmah pertama yang kuajarkan. Jika kamu ingin tetap belajar kepadaku, kamu harus punya keinginan kuat sebagaimana kuatnya kamu berharap dapat udara ketika ada di dalam air. Namun sekiranya keinginan itu tidak kamu miliki, pergi sajalah."
"Baiklah, mari ikuti aku." Filsuf mengajak anak muda menuju sungai. Di bahu sungai yang dangkal, Filsuf itu kemudian menyuruh anak muda melihat sesuatu yang ada di dasar. Sambil menatap keras ke dasar anak muda itu berkata: "tidak ada sesuatu apapun tuan."
Tanpa diduga, dari belakang sang filsuf menyergap dan menenggelamkan kepala anak muda ke dalam air. Lama, lebih semenit anak muda itu ditenggelamkan. Sampai terlihat banyak gelembung udara menghembus di permukaan, Filsuf itu kemudian menarik kepala anak muda.
"Gila, apa tuan ingin membunuhku?" Dengan wajah pucat dan nafas terengah-engah anak muda itu mengumpat. Filsuf itu menjawab: "Nak, ini hikmah pertama yang kuajarkan. Jika kamu ingin tetap belajar kepadaku, kamu harus punya keinginan kuat sebagaimana kuatnya kamu berharap dapat udara ketika ada di dalam air. Namun sekiranya keinginan itu tidak kamu miliki, pergi sajalah."
Dari Kata Bangku
Menurut
sejarah, kata BANGKRUT diambil dari bahasa latin, bancarotta artinya
bangku roboh. Ceritanya, di mesjid Sulaiman (Masjid Aqsha/the Second
Temple), nabi Isa marah menyaksikan org2 Yahudi yg menjadikan mesjid
Aqsa sebagai aktivitas lintah darat. Beliau menendangi bangku mereka
hingga roboh. Semula di Indonesia tidak dikenal kata bangkrut. Orang
Indonesia kalau berdagang biasa menggunakan tikar. Maka untuk org2 yg bangkrut dinamakanlah dengan GULUNG TIKAR.
Nah, setelah bangku masuk Indonesia melalui penjajah Inggris, bangku menjadi umum digunakan. Ceritanya, ketika orang Inggris duduk2 santai di bangku, mereka merasakan gatal dan sakit di pantat. Kemudian banku itu dia tendang sambil berujar, BENCH-SHIT, artinya bangku sialan. Mulai itulah dikenal istilah BANGSAT. Namun setelah diselidiki, ternyata penyebab gatal bukan bangku, tapi kepinding. Maka itu jugalah kepinding sering dinamakan dengan BANGSAT.
Di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dulu bangku sering digunakan untuk tidur-tiduran. Saking nikmatnya tidur di atas bangku, menyebabkan mata jadi merah dan lingkar mata jadi bengkak. Mata merah dan bengkak akibat tidur lama dalam bahasa Banjar disebut dengan BANGKUR.
Nah, setelah bangku masuk Indonesia melalui penjajah Inggris, bangku menjadi umum digunakan. Ceritanya, ketika orang Inggris duduk2 santai di bangku, mereka merasakan gatal dan sakit di pantat. Kemudian banku itu dia tendang sambil berujar, BENCH-SHIT, artinya bangku sialan. Mulai itulah dikenal istilah BANGSAT. Namun setelah diselidiki, ternyata penyebab gatal bukan bangku, tapi kepinding. Maka itu jugalah kepinding sering dinamakan dengan BANGSAT.
Di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dulu bangku sering digunakan untuk tidur-tiduran. Saking nikmatnya tidur di atas bangku, menyebabkan mata jadi merah dan lingkar mata jadi bengkak. Mata merah dan bengkak akibat tidur lama dalam bahasa Banjar disebut dengan BANGKUR.
Kamis, 02 Mei 2013
Labelisasi dalam Kehidupan Beragama
A.
Preambule
Setiap pemeluk agama akan memandang benar agama yang dipeluknya.
Karenanya akan amat riskan untuk memaksakan suatu agama terhadap orang yang
sudah beragama. Memberikan kebebasan kepada setiap pemeluk suatu agama untuk
menjalankan agamanya secara patut adalah sikap demokratis di dalam beragama.
Dan memperkenalkan identitas agama yang dipeluk kepada pemeluk agama lain agar
saling memaklumi dan menghormati adalah langkah arif dalam membina hubungan
antar umat beragama.
Sains, Agama, dan Budaya Perbincangan Integrasi yang Belum Tuntas
A. Pendahuluan
Dapat dikata kalau gairah ke arah sains muncul di
Barat pada zaman modern tahun 1500 M. Pada saat itu modernitas ditandai dengan
kesadaran baru yang bercirikan subjektivitas, kritik, dan progress
(kemajuan). Subjektivitas dimaksudkan adalah bahwa manusia menyadari dirinya
sebagai subjectum, yaitu pusat realitas yang menjadi ukuran segala
sesuatu.
Selasa, 21 Agustus 2012
Perilaku Berulang dan Berevolusi
Saya termasuk orang yang
mempercayai bahwa perilaku manusia itu selalu berulang dan berevolusi. Evolusi
ini juga terjadi pada struktur fisik manusia. Walaupun pada perdebatan akan
asal-usul manusia saya cenderung berpegang pada kitab suci, bahwa ada nenek
moyang manusia yang bernama Adam. Tidak sebagaimana yang disinyalir Darwin
dalam On the Origin of Species, bahwa manusia berasal dari jenis
primata. Evolusi struktur fisik itu menurut saya terjadi dalam bentuk yang
sederhana sebagai kelanjutan dari gen manusia yang berkembang bersama kondisi
alam yang mengitarinya.
Langganan:
Postingan (Atom)