Khotbah
diawasi. Aku kira ini menarik. Agak menyentil. Atau malah menurutku
menjewer. Kenapa protes? Apakah ini menakutkan? Apakah kita sedang
berada di bumi fasisme, atas nama nasionalisme semua dicurigai?
Bukan bermaksud ikut berkontroversi; hanya berbagi. Sudah saatnya
diberi perhatian. Orang selama ini cenderung masa bodoh. Tidak mau
menoleh. Bahkan lebih suka tidur. Tapi dalam kabut ketidaktahuan, berisiknya tidak ketolongan.
Cobalah jangan tidur saat khotbah. Dengarkan. Simak baik-baik. Apa
konten khotbah yang kau dapatkan selama sebulan? Betapa semrawutnya.
Khatib sekehendak hati menyampaikan apa yang dia suka. Tidak ada
penjadwalan. Materi yang kocar-kacir. Dalam 3 Jum'at berturut-turut,
sudah biasa ditemukan bahasan yang sama; meski khatibnya berbeda.
Bahkan tidak jarang khatib seperti seorang hipnoterapis. Menghipnosis
jama'ah, sehingga banyak yang tidak sadar. Tidur. Ini gejala umum khatib
di Indonesia. Tapi masih mending. Yang perlu diwaspadai adalah khatib
"liar." Setelah naik mimbar, melakukan provokasi; amunisi ayat keluar
bertubi-tubi. Serangan begitu mengena. Jama'ah tegang. Pulang membawa
dendam dan kebencian. Gerah.
Muhammadiyah yang kesannya
mengecam pengawasan terhadap khotbah sebenarnya adalah korban. Tapi
malu-malu. Berapa banyak jama'ah-jama'ahnya di penjuru Indonesia saling
bersitegang. Pecah. Bahkan NU, langgar-langgar dan masjid-masjidnya
banyak yang hilang. Hanya karena lagi demam politik, masing-masing
mengabaikan kenyataan.
MUI yang digadang-gadangkan jadi payung
Islam yang damai tampaknya tidak dapat berbuat banyak. Malah kerasukan.
Beberapa anggotanya ternyata suka perang. Pengetahuan menghakimi
pengetahuan. Tanpa sadar di garis bawah orang pukul-pukulan. MUI cuma
ngambil sabun, terus cuci tangan. Agama yang tidak dibarengi dengan
pengetahuan akan manusia seperti musafir yang berak di jalan. Orang kena
bau busuknya, dia nikmat melepas bebannya.
Silahkan tidak suka khotbah diawasi. Tapi tolong dong dibenahi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih, Anda telah meluangkan waktu mengomentari tulisan saya.