Minggu, 31 Agustus 2008

Melawan Budaya Hedonisme

Dalam kamus Babylon, hedonisme diartikan sebagai doctrine which considers pleasure to be the ultimate goal, or search for pleasure. Dalam terjemah bebasnya berarti paham yang menganggap bahwa kesenangan adalah tujuan akhir dari segala sesuatu, atau singkatnya just for fun, hanya untuk mendapatkan kesenangan.

Jumat, 29 Agustus 2008

Jaga Jarak dengan Perempuan

Beberapa hari ini aku tidak punya waktu tuk menulis. Di samping ada kerjaan, tur tidak punya komputer, ditambah lagi isu yang memusingkan kepala. Kompletlah intinya. Tapi memang beginilah hidup. Tidak mesti mulus-mulus terus. Dalam sepekan, paling tidak ada sehari masalah yang merenggut kepedulian kita. Meminta perhatian sejenak. Atau malah memompa keras gumpalan jantung kita karena terdesak oleh emosi rasa takut.

Selasa, 26 Agustus 2008

Wariskan yang Terbaik maka Kita akan Sejahtera

Diceritakan, pada suatu ketika raja negeri Persia, Kisra Anusyirwan keluar tuk melakukan perjalanan bersama para prajuritnya. Di suatu tempat dia melihat seorang lelaki tua renta tengah menanam pohon zaitun. Sang raja berhenti sejenak sambil memperhatikan apa yang tengah diperbuat oleh lelaki tua itu. Dalam benak raja, lelaki itu telah melakukan pekerjaan sia-sia. Karena menurut pikirnya, jika pun pohon zaitun itu tumbuh besar dan berbuah, mana mungkin lelaki tua itu dapat menikmati, karena pada saat itu umurnya sudah tidak mencukupi.

Kamis, 21 Agustus 2008

Ramadhan Sebagai Lonceng Pengingat

Ramadhan secara bahasa berarti “panas yang teramat sangat” atau “membakar.” Bagaimana mula kata ini disematkan untuk menamai perjalanan hari selama sebulan dalam kalender Qamariyah, penjelasannya belum saya dapatkan. Namun semua orang Islam telah mengetahui bahwa di bulan inilah al-Qur’an diturunkan, dan di bulan ini pulalah puasa disyari’atkan.

Selasa, 19 Agustus 2008

Yas’aluuni ‘an Gender

Yas’aluuni ‘an gender. Mereka bertanya tentang gender. Saya jawab gender itu adalah konstruksi manusia. Ia adalah wilayah interpretasi atas peran laki-laki dan perempuan dalam memaknai hidup. Ia adalah ciptaan kesadaraan diri dan kelompok dalam pemilahan lapangan kerja atas kapasitas biologis yang melekat pada masing-masing pihak.

Secangkir Teh dari Tuhan

Separu teh dingin masih setia menemani aku yang lagi suntuk mencari inspirasi. Malam mulai larut. Kaki pendek jam dinding telah pula menginjak angka dua belas. Sampai mata ini terbelalak oleh segarnya taste teh, baru jemari ini mulai bergerak mengikuti irama otak. Lirik lagu I’ll Cry for You dari grup band Europe telah pula memicu otot syaraf tuk kembali bekerja.

Jumat, 15 Agustus 2008

Thariqat Cinta Sosialisme Sufi

Di jaman yang serba canggih sekarang ini, kadang masalah penyucian diri senyap untuk diperbincangkan. Orang-orang lebih cenderung menuntut jawab atas permasalahan kekinian dibanding masalah yang terjadi pada diri di hari kemudian. Tidak salah memang, karena kita hidup di sini, sekarang ini, dengan kondisi begini, tentu saja membutuhkan jawaban-jawaban praktis atas permasalahan hidup yang tengah kita hadapi. Tapi kiranya, untuk penyeimbangan, ada baiknya sejenak kita merenung, melirik kembali jalan hidup yang pernah ditempuh oleh orang-orang suci, untuk kemudian kita jadikan bahan inspirasi dalam rangka menjelajahi belantara hiruk-pikuk bumi ini.

Kamis, 14 Agustus 2008

Bentengi Diri dari Penyakit “Kada Balampu”

Dalam tradisi orang banjar, suatu tindakan nekat yang tidak mempertimbangkan kemungkinan akibatnya diistilahkan dengan “kada balampu.” Ibarat orang naik kendaraan, jika yang dimiliki si pengendara hanya kesadaraan untuk menarik gas dan melupakan kesadaran untuk mengerem, maka si pengendara itu disebut dengan orang yang “kada balampu.” Semua hal, baik itu yang membahayakan diri atau juga orang lain, jika selalu saja ditabrak, maka si pelakunya masuk dalam kategori ini. Sehingga jika diprosentasikan, kemungkinan sukses tidaknya suatu masalah jika diserahkan pada orang yang “kada balampu” adalah sepuluh berbanding sembilan puluh. Tandasnya, lebih banyak ruginya tinimbang untungnya.

Rabu, 13 Agustus 2008

Menyahut Nida Suci

Lintas spiral hidup mempertemukan kita pada suatu titik.
Meski hanya bertatap muka atau cuma bersua dalam ritme kata, semuanya punya makna. Jangan kira pertemuan tak disengaja hanya sekedar titik singgung lumrah.Ia adalah buah dari skenario nyata yang belum bisa kita korek lapis penutupnya.

Dari Istiqlal Menuju Maqam Sejahtera

Kiranya kita semua tahu, bahwa masjid megah yang dibangun pemerintah di pusat peradaban Indonesia bernama Istiqlal. Tapi juga tampaknya tidak banyak yang tahu kalau arti dari istiqlal adalah kemerdekaan. Entah apa maksud dari pemerintah memberi nama masjid itu dengan Istiqlal. Jelasnya, mesjid itu adalah wujud dari rasa syukur, tempat ibadah, dan sebagai monumen pengingat.

Minggu, 10 Agustus 2008

Aktualisasi Pesan-pesan Keagamaan

Menurut cerita yang populer di kalangan organisasi Muhammadiyah, kiyai Ahmad Dahlan pernah mengajarkan kepada santri-santrinya surah al-ma’uun selama bertahun-tahun, sehingga menimbulkan kebosanan di kalangan santri. Mereka ingin sang Kiyai mengajarkan tafsir atas ayat-ayat yang lainnya. Namun sang kiyai tetap tidak beranjak dari surah yang satu itu. Menilik gelagat malas yang mengendap dalam bilik hati para santri, beliau kemudian mengatakan, bahwa sudahkah kiranya para santri menghayati secara mendalam teologi al-mau’un itu. Sudahkan dari pengalaman internalisasi itu melahirkan aplikasi nyata yang benar-benar dapat dirasakan orang banyak.

Selera, Cinta, Iman dan Kebiasaan

Jika anda suka mendengarkan lagu, setidaknya barang setitik, sentuhan lirik dan musik yang mengumandang di genderang telinga anda itu menggugah bandul ayunan jiwa anda. Tak jauh berbeda dengan anda, kala mendengarkan musik, saya pun pada saat-saat tertentu kadang terhenyak sambil melepas pikir menarik kembali romansa yang telah berlalu.

Setitik Tentang Hermeneutika al-Qur'an dan al-Hadis

Pijakan Awal
Tatkala ilmu pengetahuan belum terkuak lebar, banyak sekali asumsi-asumsi atau paradigma tentang sesuatu terbukti keliru. Nicolas Copernicus (1473-1543) misalnya, lewat penelitian astronominya, menghancurkan otoritas astronomi tradisional yang didominasi oleh teori Aristoteles dan Ptolemaeus yang mengandaikan bahwa bumi adalah pusat alam semesta (geosentris). Baginya, juga Galileo-Galile (1564-1642) yang memanjangtangani kesimpulannya, bahwa mataharilah yang menjadi pusat peredaran benda-benda angkasa (heliosentris).

Belajar Mengkritik Hadis Bersama Kang Jalal

Mukaddimah
“...Salah satu dari karakteristik utama Islam
adalah sakralisasi sejarah.”(Karen Armstrong).

Seorang muballigh Muhammadiyah pernah dikritik dalam pengajian. “Setiap kali ustadz datang,’ ujar salah seorang yang hadir, “ada saja hadis yang di-dha’if-kan. Minggu lalu ustadz menganggap bahwa hadis maulid Nabi itu mawdhu’. Sekarang ustadz menyebutkan bahwa hadis tentang bilangan takbir shalat ‘Id itu semuanya lemah. Saya khawatir bila saya terus-menerus mengikuti ceramah ustadz habislah seluruh hadis. Lalu apa yang dapat kita jadikan pedoman?” Muballigh itu menjawab dengan sabar, “Jangan khawatir. Insya Allah, kita masih memiliki ribuan hadis sahih. Yang habis hanyalah hadis yang lemah.”

Islam Menurut Kacamata Saya

Agama, itulah kata yang selama ini saya dengar dari mulut ke mulut orang. Entah, kata apa yang pantas selain kata ini untuk menandai realitas yang demikian rumit. Karena ketika saya menyebutkannya, terbayang di benak ini keragaman umat; ada umat Islam, umat Yahudi dan Kristiani, Hindu dan Budha, Kong Ho Cu dan lain-lain. Semuanya mengklaim bahwa apa yang mereka perbuat adalah wujud ketaatan; dan semua itu terangkum dalam wadah agama. Dari fakta yang rumit ini, sungguh akan sulit bagi saya untuk merumuskan dan mendefinisikan apa itu agama. Jadi, untuk kemudahan, biarlah definisi ini saya serahkan pada semua orang yang mengaku beragama, dan saya, dalam hal ini mencukupkan diri dengan memaknainya sebagai relasi antara hamba dan khalik yang dibarengi dengan ketaatan terhadap-Nya sebagai sang Mahakuasa. Apa itu ketaatan dan siapa itu Tuhan, dengan membaca tulisan ini, maka saya beranggapan, setidaknya sedikit banyak akan terkuak juga nantinya.