Senin, 29 Desember 2008

Dari Gontor Merajut Harapan

Titik balik itu bermula dari kehidupan pesantren yang saya lampahi dengan susah payah. Bagaimana tidak, dari kehidupan yang relatif bebas, saya masuk ke kawah yang penuh disiplin. Tidur, makan, belajar, bermain, semua ada aturannya, dan semua diawasi dengan seksama. Di pondok hidup penuh dengan disiplin dan pengawasan. Hidup yang terasa memuakkan bagi sebagian orang.

Kamis, 25 Desember 2008

Tak Henti - hentinya Mema’rufi Diri

Waktu nyantri di pondok pesantren Gontor dulu saya banyak mendapat pelajaran ‘mahfuzhat.’ Secara lepas kami biasa menyebutnya dengan kata-kata mutiara. Jika ditilik dari segi bahasa, ‘mahfuzhat’ berasal dari kata ‘hafizha-yahfazu’ yang berarti memelihara atau menghafal. Ketika menjadi ‘ism maf’ul’ maka diartikanlah ia dengan yang terpelihara. Jelasnya ’mahfuzhat’ berarti pesan-pesan bijak yang dipelihara secara turun temurun.

Senin, 22 Desember 2008

Rakyat tidak Butuh Pembelaan

Ketika melintas di beberapa belahan jalan, saya menyaksikan banyak sekali gambar-gambar wajah calon anggota DPRD yang menghiasi baris tepi jalan. Sebagian besar gambar yang terpampang, baik dalam bentuk baliho atau spanduk-spanduk, bertuliskan semangat perubahan dan pembelaan kepada rakyat. Dalam hati saya tersenyum sambil bergumam lirih, siapa yang minta pembelaan.

Sabtu, 20 Desember 2008

Afwan, Ana Usil ya Ukhti

‘Afwan,’ ‘Ana’ telat. Emangnya ‘anti’ dari mana ‘ukhti’? ‘Ana’ dari ‘bait’ ‘akhi’ Ghazali, nyampe’in undangan ‘liqa’ sore nanti. Gimana kalau ‘al-aan’ ‘ma’iyah’-nya kita buka. Terserah ‘antum,’ ‘nahnu’ ikutan aja deh. Karena ‘antum’ sekalian ‘muwafiq,’ mari ‘barnaamij’ ini kita buka.