Kamis, 18 November 2010

Maimun Laki-laki Baik, Nur Ahsan Juga

Baru-baru ini, teman saya yang cerdas, Muhammad Maimun mengadakan resepsi pernikahan. Meriah tentunya. Maklum, anak pembesar NU sekaligus juragan mangga di Inderamayu ini adalah anak laki-laki semata wayang yang digadang-gadangkan bapaknya sebagai penerus karir beliau yang notabene agamawan dan pengusaha.

Bagi saya, harapan itu tidak terlalu sulit tuk terijabah. Sebagaimana yang saya sebutkan, Maimun itu adalah anak yang cerdas. Kuliah tingkat pascasarjananya saja double. Selain tercatat sebagai Mahasasiwa S2 UIN Sunan Kalijaga, juga sebagai mahasiswa pascasarjana Universitas Gajah Mada. Kedua gelar akedimik itu sudah diraihnya.

Isteri sudah didapat, gelar juga, apa yang kurang dari dia. Tidak ada. Dia itu anak yang sempurna. Lengkap materi, tampang oke, kecerdasan mumpuni, agamanya...., subhanallah. Dalam ilmu hadits, sematan yang layak untuknya adalah "autsaqunnaas," orang yang disamping berbudi tinggi, juga berilmu tinggi. begitu kira-kira terjemahannya.

Tentang pernikahannya, duga keras saya, dia akan bahagia. "Laki-laki baik, teruntuk perempuan baik-baik," demikian ringkasan arti yang tersebut di dalam surah al-Nur/24 ayat 26. Walau ayat ini tidak bersifat otomatik, dalam arti semua yang baik gandengannya adalah baik juga, terkhusus Maimun, saya percaya. Bunyi ayat itu pas untuk pernikahannya.

Ulama banyak berpendapat, bahwa ayat itu berbicara tentang hubungan nabi Muhammad dan Aisyah sebagai pasangan baik-baik, ketika tertimpa gosip yang tidak baik. Tapi Maimun dan isterinya adalah Muhammad kecil dan Aisyah kecil, sama pengikut setia lelaki terbaik dan perempuan terbaik.

Memang, menurut saya ayat itu hanya berbicara mengenai hal yang semestinya. Ya, semestinya laki-laki baik bersanding dengan perempuan baik-baik. itu semsetinya. Tapi faktanya, tidak sebagaimana itu kiranya. Dalam sejarah ada nabi Nuh dan nabi Luth yang apes dapat isteri tidak baik. Berikut isterinya Fir'aun yang sial, dengan mendapatkan suami qaribnya Dajjal. Tidak ada yang mustahil. Nyatanya terjadi.

Nah, karena bersifat semestinya, maka di sana terkadung usaha individu untuk mengikhtiarinya. Ikhtiar pertama, jelas, individu itu harus mengoptimalkan diri untuk menjadi baik. kemudian ikhtiar kedua, menakar dengan seksama untuk mencari isteri yang menurut kreteria indera dan agama, baik.

Mungkin yang akan menyusul Maimun adalah bapak Dosen STAIN Palu Muhammad Nur Ahsan. Orang asli Sulawesi ini juga nyaris sama dengan lelaki tersebut di atas. Hanya saja, dia lebih kesufi-sufian. Sufi laku, tapi liberal dalam berpikir. Konsisten memperdalam ilmu al-Quran dan al-Hadits. Alumni pondok pesantren,S1 Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, dan S2 Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga juga. InsyaAllah Baik. laa yus'alu 'anhu, tidak perlu ditanya lagi kualitas pribadi dan kapasitas intelektualnya.

Selama bergaul dengan kedua lelaki ini, saya mendapat pesan yang tidak terucap, bahwa jangan membatasi diri dengan prasangka, karena prasangka itu akan menjadi batas karena diyakini. Padahal sejauh mana batas kemampuan manusia, khusus kapasitas otaknya, tidak ada yang tahu. Karena itu, mereka menyiratkan usaha maksimal dalam berikhtiar. Terus, terus, dan terus berusaha. Jelasnya dalam mencapai derajat terbaik segi intelektualitas, dan terbaik dalam kualitas kepribadian. Bagi mereka, manusia itu tidak dikubur bersama sejarah hidupnya ketika ajal tiba.

Sejarah hidup adalah sunnah yang berimplikasi ganda. Jelek ada ganjarannya, baik pun demikian juga. Karena itu nabi Muhammad menganjurkan agar umatnya untuk memilih jalan hidup yang baik, dan mewariskannya, serta menjauhi jalan hidup yang jelek, dan membakar riwayatnya.

Muhammad Maimun, Selamat. Muhammad Nur Ahsan, lebih cepat, lebih baik. Berusahalah, doa kami bersamamu. Seperti Semboyan Liverpool, You'll Never Walk Alone.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih, Anda telah meluangkan waktu mengomentari tulisan saya.