Selasa, 19 Mei 2009

Alif, Ba, Ta, Masalah Pendidikan

Kalau saya katakan bahwa pendidikan yang diselenggarakan pemerintah sekarang ini bobrok, rasanya tidak arif. Kesannya terlalu didramatisir. Bisa terjebak dalam fallacy of dramatic instance, cenderung mengovergeneralisasi permasalahan. Tapi jika saya katakan pendidikan di Indonesia itu sukses, setali tiga uang dengan cara berpikir pertama. Cenderung menafikan realita.

Tidak dipungkiri, bahwa pendidikan yang diselenggarakan pemerintah sekarang memberikan hasil yang cukup positif, namun di sisi lain masih mengalami kebocoran dan ketimpangan. Sebenarnya yang demikian masih lumrah. Hanya saja masalahnya, kebocoran dan ketimpangan itu dibiarkan berlarut, kemudian ditambal dengan solusi yang sebenarnya jauh dari substansi yang diinginkan.

Masalah kurikulum yang tidak stabil, kompetensi guru yang belum mengkristal, anak didik yang tidak terpolakan, sarana dan prasarana yang tidak berimbang, kemakmuran guru yang belum menyetandar, intervensi pemerintah lokal yang teramat kental, pendewaan sisi kognisi, gelagat komersialisasi, berikut alif, ba, ta, dan tsa masalah-masalah yang masih ngendon di arsy kemusykilannya.

Ini tentunya perlu genjotan yang lebih keras dan cepat. Karenanya pemerintah mesti memfasilitasi semua itu. Kurikulum jangan lagi ongah-angih, seakan-akan lahir dari produk instant tanpa kajian yang mendalam. Penyetaraan kompetensi siswa dari ketiga angle; kognisi, afeksi, dan psikomotorik, jangan lagi terpaku pada lips service, mati dikangkangi oleh perburuan hasil. Seperti udara yang gratis untuk semua, pendidikan selaiknya juga bisa dikecap oleh perkapita anak bangsa.

Dunia pendidikan, hemat saya semestinya mendapat perhatian yang sangat serius. Jangan menjadi mainan kekuasaan. Mendapatkan perhatian kalau hanya diperlukan. Kebijakan dalam domain apapun harus melirik pertimbangan pipi ini. Karena di samping sebagai wajah bangsa, pendidikan juga pintu penentu keagungan peradaban umat. Untuk itu, tidak ada alasan menomorbelakangkan pendidikan. Jika tidak, carut-marut kehidupan di negara ini tidak akan berketuntasan.

1 komentar:

  1. Otakmu ibarat sumur yang tidak pernah kering. Aku selalu menimba hal2 baru dari sumur pengetahuanmu.

    BalasHapus

Terima kasih, Anda telah meluangkan waktu mengomentari tulisan saya.