Sabtu, 28 Maret 2009

Antara Penguasa dan Pelayan

Secara harfiah, monarki berarti kekuasaan sepenuhnya berada di tangan raja. Sebelum digeser demokrasi, semua tanah dan apa saja yang dikandungnya menjadi milik raja. Apapun yang dikehendaki raja, maka ia harus terlaksana. Setelah demokrasi datang, otoritas raja berpindah kepada rakyat. Kedaulatan akhirnya berada di tangan rakyat. Tapi mustahil kiranya semua rakyat jadi raja. Maka diaturlah suatu sistem, di mana rakyat memilih wakil-wakil mereka. Dan wakil-wakil itu memilih beberapa orang untuk bekerja bersama mereka melayani jutaan rakyat yang berdaulat.

Jumat, 20 Maret 2009

Wacana Orang Gila

Menarik juga untuk mempersoalkan kenapa orang bisa jadi gila. Namun karena saya bukan seorang ahli jiwa, atau setidaknya mengenal psikologi gila, maka saya mencoba melihat dan menguraikannya dari perspektif dan kapasitas saya sebagai orang awam yang lagi mampir di warung diskusi tentang kegilaan. Ikut nimbrung, mencuil bagian untuk mengepulkan asap pemikiran yang kemungkinan besar dinilai menyimpang dari nalar disiplin keilmuan yang semestinya.

Selasa, 17 Maret 2009

Kami Butuh Darahmu

Salah satu karakteristik Islam adalah memberi. Karena itu Islam dikenal dengan agama rahmatan lil'alamin, agama penyebar kesejahteraan di muka bumi. Bukti yang tegas yang menunjukkan bahwa agama Islam sebagai agama yang pemurah adalah adanya banyak konsep memberi dalam dogmanya. Sebut saja misalnya konsep zakat, sedekah, infak, wakaf, hibah, washiyat, hadiyah, diyat, kafarat, dan lain sebagainya.

Minggu, 15 Maret 2009

Iklan Politik Pedagang

Kata iklan sebenarnya berasal dari bahasa Arab, i'lan, yang artinya pengumuman atau pemberitahuan. Dalam praktik keindonesiaan kata ini mengandung arti da'wah atau seruan. Iklan tidak hanya digunakan untuk memberitahu, tapi juga menyeru. Karena itu wajar kalau George Gerbner, seorang pakar komunikasi dan peneliti telivisi di Amerika Serikat mengatakan bahwa iklan adalah khotbahnya televisi yang mengagama. Iklan bukan hanya memasarkan produk. Iklan juga memasarkan nilai, sikap, perasaan, dan gaya hidup.

Rabu, 04 Maret 2009

Larangan untuk Orang Miskin

Ada tiga larangan yang pantas untuk diberlakukan kepada orang-orang miskin. Pertama, mereka dilarang sakit. Kedua, mereka dilarang pintar. Dan yang ketiga, mereka dilarang untuk kaya. Sarkasme ini agaknya mudah untuk dipahami. Jika orang miskin sakit, mereka tidak akan bisa membayar ongkos pengobatan. Jika mereka ingin pintar dengan sekolah di perguruan tinggi, biaya kuliah sudah tidak terjangkau oleh penghasilan mereka. Dan jika mereka ingin kaya, jalan menuju ke sana sudah terlalu sulit untuk direntas. Karena itu, mereka semua dilarang.