Selasa, 06 Juli 2010

Buah Khuldinya sudah Basi

Ariel, Luna, dan Cut Tari, sungguh menghebohkan. Di mana-mana orang sibuk menarik simpul dari pemberitaan media akan skandal yang menimpa ketiga selebritis itu. Mengapa sedemikian ramainya orang memperbincangkan mereka. Apakah karena Ariel sebagai vokalis group band terkenal Peterpan, Luna sebagai presenter Dasyat yang setiap hari muncul di RCTI, ataukah karena Cut Tari presenter Insert Trans TV yang tidak kalah dasyatnya dibanding Luna?

Tidak dipungkiri kalau baju kultural keartisan mereka memberi andil besar dalam mengemas kehebohan yang terjadi di segenap lapisan masyarakat. Akan tetapi yang tidak kalah menghebohkan lagi adalah karena mereka terkait skandal seks bebas yang hasil rekam videonya tersebar di internet.

Saya mungkin tidak cukup kompeten untuk berbicara pasal memasal akan kasus mereka itu, tapi kalau sekedar menyorotinya dari perspektif tafsir pribadi, saya rasa tidak terlalu sulit. Semua orang pun tampaknya memiliki kemampuan itu. Karena kemampuan berpendapat akan segala fenomena yang terindra itu merupakan kodrat bagi manusia yang berakal.

Pertama saya ingin bicara tentang hubungan seksual dulu. Kalau boleh diibaratkan, seks itu sama menariknya dengan buah khuldi yang diamanatkan Tuhan kepada nabi Adam agar tidak disentuh, apalagi di makan. Bagi mereka yang belum pernah merasakan, tentu tingkat penasarannya sangat tinggi. Bagaimana rupa nikmat yang tercipta, sensasinya, ritme desah gairahnya, debaran nafsunya, dan lain-lain hal yang menyilaukan selera. Sehingga, sebagaimana nabi Adam yang melanggar pantangan dengan memakan buah khuldi, berbagai-bagai anak cucu Adam pun banyak juga yang “memakan” khuldi-khuldi itu di luar alasan yang dibenarkan.

Akibatnya Tuhan murka akan maksiat yang diciptakan oleh nabi Adam. Beliau mengusirnya dari surga, memberikannya cobaan-cobaan hidup biar tahu bagaimana rasanya eksis tanpa dukungan langsung dari-Nya. Tapi begitulah Tuhan, semurka-murkanya Dia, tetap saja sifat ghafuurur rahiim (pemaaf dan penyayang) pada hambanya tidak bisa lepas dari diri-Nya. Itulah undang-undang pertama dari Tuhan, kalimat “jangan” kepada apa yang dinilai-Nya tidak baik.

Kalimat “jangan” yang dikehendaki-Nya itu kemudian hari dilanjutkan penyebarannya oleh utusan-utusannya yang lain. Pada gilirannya kehendak-Nya menyatu dengan kehendak masyarakat. Aturan-Nya melembaga, sehingga apa yang dimurkai-Nya juga menjadi kemurkaan masyarakat, apa yang dianjurkannya juga menjadi anjuran masyarakat.

Seks di luar nikah atau dalam bahasa agamanya zina adalah salah satu larangan-Nya. tidak perlu ditanya mengapa, atau apa dan bagaimana akibatnya, karena semua orang yang berakal mafhum adanya. Tapi begitulah aturan Tuhan, ia akan menjadi sesuatu yang sangat ditakuti kalau kultur masyarakat mendukungnya, dan akan tergerus melemah kala ada budaya tanding yang mengangkanginya.

Globalisasi dengan pertukaran budaya yang tinggi menjadikan zina sebagai laku biasa yang jauh dari muatan murka Tuhan dan masyarakat. Masyarakat cenderung menilainya sebagai urusan pribadi, bukan sebagai permasalahan kolektif. Pada gilirannya ia menjadi sesuatu yang menyedihkan, basi oleh budaya yang dihantar oleh zaman.

Berpindah pada pembicaraan kedua, yaitu artis. Secara bahasa artis berarti seniman, yaitu orang yang terampil mengekpresikan wilayah perasaannya dalam wadah budaya. Sehingga ketika produk seninya dicerna orang, terasa menjadi begitu indahlah ia. Seniman itu biasanya sedikit, karenanya mereka menjadi sorotan. Mereka menjadi publik figur.

Ariel, Luna, dan Cut Tari adalah artis, mereka adalah sedikit dari kebanyakan orang, mereka adalah manusia di bawah cahaya spotlight. Apa yang mereka lakukan terang kelihatan. Ke sana ke mari selalu menjadi bidikan kamera wartawan. Karena itu, bagi Anda yang mendamba ketenangan hidup dan tidak siap menerima resiko ketenaran, jangan jadi artis, jangan mau jadi publik figur.

Seandainya aksi mesum yang diduga keras dilakukan oleh Ariel, Luna, dan Cut Tari itu hanya diketahui oleh segelintir orang, bukan melalui rekaman video yang beredar di internet, yakin saya hanya berdampak biasa, jadinya tidak seheboh ini. Karena menurut saya buah khuldinya sudah basi, tidak lagi menyeramkan. Buktinya, sebagaimana yang diberitakan di media masa, dalam sehari saja, lebih dari tiga ratus ribu orang yang mendownload video mereka. Dan kalau boleh su’uzhan, artis-artis lain pun kemungkinan pernah melakukan apa yang dilakukan oleh Ariel, Luna, dan Cut Tari.

Ariel beserta bidadari-bidadarinya adalah korban, korban dari kecerobohan tangannya sendiri. Tapi ini ada hikmahnya, baik bagi para artis, atau bagi mereka yang merasa jadi publik figur, agar tidak melakukan sebagaimana narsisme yang diagungkan oleh Ariel. Pada tingkat yang lebih tinggi, untuk lebih sadar diri, bahwa gosip, atau segala apa yang menjadi perbincangan masyarakat luas itu penting; agar selalu berhati-hati dalam berbuat, dan memelihara citra nama baik diri di hadapan masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih, Anda telah meluangkan waktu mengomentari tulisan saya.