Kamis, 29 Januari 2009

Cinta yang Melampaui

Cinta. Kata ini demikian tenarnya di dunia sehingga mengalahkan apa saja yang dipandang besar di dalam sejarah. Saya tidak tahu pasti apakah saya betul-betul paham akan arti kata ini, juga betul-betul menghayati dengan baik kandungan maknanya. Di sini saya hanya mencoba mendekat. Mungkin laku saya ini sekedar langkah melingkar tanpa beranjak menghampir apatah lagi terlibat di dalamnya. Ini karena kedirian saya yang serba kurang dan sering tidak paham.


Ada satu kata yang cukup menarik untuk diulas sebelum membicarakan cinta. Kata itu ialah motivasi. Sepengetahuan saya motivasi itu adalah dorongan yang timbul di dalam diri seseorang. Jika dorongan itu murni lahir dari dalam diri sendiri, maka motivasi itu dinamakan dengan motivasi intrinsik. Sebaliknya jika motivasi itu timbul dari adanya pengaruh yang datang dari luar diri, maka ia dinamakan dengan motivasi ekstrinsik.

Beranjak dari makna motivasi ini saya ingin menempatkan cinta dalam pola yang sama. Artinya jika cinta itu timbul dari kesadaran diri sendiri, maka cinta itu dinamakan dengan cinta intrinsik. Dan sebaliknya jika ia lahir dari pengaruh kuat yang datang dari luar, maka disebutlah ia dengan cinta ekstrinsik. Yang pertama cinta berposisi sebagai kata kerja, dalam arti berbuat atau melakukan sesuatu. Sedang yang kedua jatuh sebagai kata benda. Di sini ia berada dalam posisi hasil, rasa, atau keadaan yang timbul akibat pancingan dari luar. Pertama adalah kemampuan memproduksi, dan yang kedua adalah produknya.

Orang sering menyamakan cinta dengan arti produk namun jarang melihatnya dari angle proses memproduksi. Di sini cinta dimaknai sebagai perasaan sayang yang timbul akibat sesuatu yang hebat yang mempengaruhi diri kita. Sehingga dampaknya cinta bermakna pasif. Menunggu. Dan inilah yang terjadi pada kebanyakan masyarakat. Kita tidak akan berbuat kecuali ada sesuatu yang menstimulus diri kita.

Dalam beberapa masalah yang memberantakkan hubungan antara suami isteri adalah cinta dimaknai sebagai produk. Banyak pasangan yang mengeluh dan memutuskan untuk bercerai dengan alasan bahwa dirinya tidak lagi mencintai pasangannya. Padahal jika kita cermati secara mendalam makna dari kata-kata ”tidak lagi mencintai” adalah bahwa rasa cintanya sudah semakin memudar karena pengaruh yang diberikan pasangannya tidak lagi sekuat dulu. Di sini cinta atau rasa cinta berposisi sebagai produk atau hasil. Ia akan muncul kalau pengaruh yang datang dari luar begitu mempesona, namun jika pudar maka iapun ikut memudar. Tegasnya cinta begini sifatnya menunggu. Ini tidak layak dinamakan cinta sejati. Karena cinta sejati bersifat aktif, bukan menunggu tapi berbuat.

Artinya jika kita betul-betul cinta, maka berbuatlah. Lakukan sesuatu yang bisa menenangkan hati pasangan Anda. Bersabarlah atas kelemahan pasangan. Komunikasikan apa yang dia ingini dari kita. Sentuh hatinya dengan kesungguhan kita berbuat untuknya tanpa pamrih apapun selain untuk kebahagiaan dirinya. Buatlah matanya berlinang dan hatinya tertawan dengan keikhlasan kita. Hindari sebisa mungkin memaknai cinta dalam arti menunggu. Jika hal itu dimiliki oleh kedua pasangan, maka saya yakin hasilnya adalah mereka mendapatkan keabadian cinta. Tidak akan lusuh oleh menuanya usia.

Terhadap pencipta pun semestinya kita bersikap demikian. Cinta kita adalah cinta yang proaktif atas-Nya. Kita tidak menunggu limpahan materi datang keharibaan kita, kemudian baru kita mencintai-Nya. Tapi buktikanlah sekuat tenaga bahwa amal kita ini tidak berdinding pamrih, tapi murni untuk keridha’an-Nya. Inilah muslim sejati. Masalah rezeki, ia akan mengalir menghampir sesuai kapasitas kita dalam memaknai kerja. Min haitsu laa yahtasib artinya kemurahan Tuhan akan datang dari arah mana saja tanpa kita duga asal prinsip kerja kita maknai dengan baik.

Sayang, yang terjadi di masyarakat adalah sebaliknya. Seperti yang saya sebutkan, baik dalam memaknai cinta sebagai urusan keduniaan atau cinta dalam semangat keakhiratan, selalu saja ia kita tempatkan dalam arti hasil, sehingga kita bersifat pasif, menunggu. Dan inilah masalahnya. Sulit untuk merubah persepsi semacam ini. Akarnya sudah menghujam sedemikan mendalam sehingga kita banyak menemukan pribadi-pribadi pendendam, suka menghiba, pembentang layar permusuhan, tidak suka akan kesuksesan orang, dan anti akan kekalahan.

Seandainya semua orang memaknai cinta dalam arti aktif, maka saya sangat yakin kita akan menjadi bangsa yang sangat-sangat beradab. Kita tidak menunggu orang datang meminta belas kasihan, tapi kitalah yang mencari. Kitalah yang memperjuangkan harga diri mereka. Kita angkat derajatnya sejajar dengan kita sehingga mereka turut menjadi pribadi-pribadi pencinta. Tidak mengemis kasih, tapi memberi kasih serta keteguhan kepada setiap orang.

Memang tak dipungkiri dalam beberapa kejadian cinta intrinsik kadang mendapat penolakan. Bahkan tak jarang ditimpali dengan makian. Tuduhan seperti bahwa segala tindakan kita itu ada maunya. Ada pamrihnya. Tapi itu tidak mengapa, ini adalah ujian cinta. Jangan pernah menyerah meski mendapat tampikan. Jika di lapis pertama cinta kita diawali oleh keinginan untuk memiliki, maka lapis berikutnya cinta kita dilambari oleh ketulusan hati.

Kalau Anda, para remaja mengalami hal demikian, saran saya teruslah jangan pernah menyerah. Cintai, cintai, dan teruslah mencintai. Meski hatinya untuk orang lain yang dalam hal ini di mana sikapnya telah meruntuhkan keinginan Anda untuk memiliki dirinya, tapi ketulusan hati terus menawarkan kebahagiaan untuknya. Inilah cinta yang pertumbuhannya sudah semakin dewasa. Seperti kata orang bijak, cinta tidak harus memiliki. Dan menurut saya cinta demikian ini adalah cinta yang melampaui kepemilikan. Wallahu a’lam

This reflection is for You

2 komentar:

  1. yaA... yaA... yaA...mungkin begitulah adanya.

    semakin saya ingin mencari tahu tentang cinta, semakin saya dibuat bingung olehnya. sejauh ini, hanya cinta ilahi lah yang dapat membuat hati saya tenang. sehingga keni'matan hidup pun dapat saya raih.

    Trims

    BalasHapus
  2. broo... emang kemana cinta elo??? ;-)

    jangan mencintai karena kesempurnaanya,
    cintailah sesuatau yang kurang untuk mendapatkan cinta yang sempurna...
    sempurna... sempurna... sempurna...
    sempurna IJO NGGAK ADA ELO NGGAK RAME :-0

    hidup borneo!!!

    BalasHapus

Terima kasih, Anda telah meluangkan waktu mengomentari tulisan saya.