Minggu, 21 September 2008

Tuhan Bukan Tidak Berpihak Pada Anda

Kata Doel Sumbang,
Jangan berkata tidak bila kau jatuh cinta, terus terang sajalah buat apa berdusta. Cinta itu anugerah maka berbahagialah. Sebab kita sengsara bila tak punya cinta.

Jika anda sedang jatuh cinta, terus terang sajalah. Ini resep yang ditawarkan oleh Doel Sumbang. Tidak perlu anda menyakiti diri dengan menampiknya. Karena dengan upaya hipokrit begitu, anda akan tambah merana. Jujur sajalah. Meski nanti anda ditolak, itu biasa. Dengan memendam rasa tanpa pernah mengungkapkannya, tentu akan semakin membuat anda menderita.

Meski setiap kali anda mencoba menambatkan hati pada seseorang yang anda inginkan, dan setiap kali pula kekecewaan anda terima akibat penolakan, tetaplah jangan berputus asa. Karena kegagalan adalah pengalaman yang akan menyangga sikap anda ke depannya. Kegagalan adalah obat imun penderitaan.

Anda boleh saja mengira bahwa ada yang tidak beres dengan hidup anda. Atau bahkan mungkin anda melontarkan umpatan kalau Tuhan tidak pernah berpihak pada kebahagiaan anda. Berprasangka seakan Dia ingin menelantarkan dan hendak menjerumuskan anda pada kehinaan abadi.

Itu adalah bisikan rasa kecewa saja. Tapi cobalah anda biarkan kesadaran mengingatkan. Biarkan hati nurani berujar, bahwa apakah cara pandang seperti itu benar? Apakah kekecewaan layak dilemparkan pada-Nya?

Tuhan bukannya tidak berpihak pada anda. Sedari awal telah dihembuskan-Nya hidup ini untuk manusia, dan sejak itu pula Dia melepaskan segala pilihan kepada makhluk-makhluk-Nya. Artinya, apa yang telah Dia ciptakan bukan tanggung jawab ciptaannya. Itu hak prerogatif Tuhan. Yang dituntut-Nya adalah sikap diri terhadap karya cipta-Nya.

Tatkala ada orang yang menolak anda, itu murni pilihan penolaknya. Oleh karena itu Tuhan cenderung berlepas diri dari segala pilihan manusia. Sama halnya ketika Dia memberikan pilihan, akankah manusia itu mau beriman kepada-Nya atau malah mengingkari keberadaan-Nya, semua itu tak jadi soal bagi-Nya.

Dominasi peran manusia dalam hidup amat besar, dan Tuhan tidak mengingkari hal itu. Perubahan hidup dibebankan-Nya kepada yang memiliki hidup. Bagi yang berusaha, maka untuknya apa yang diusahakannya, sedang bagi yang enggan menggerakkan potensi yang diberikan-Nya, maka untuknya kadar yang setimpal dengan keengganannya.

Ketika anda terlahir sebagai orang yang tidak menarik secara fisik, jelas itu pilihan Tuhan. Tak ada yang bisa menembus dan paham secara pasti teka-teki takdir-Nya. Kalaulah pandangan like and dislike manusia terpusat pada fisik, itu tentunya sangat manusiawi. Sebab manusia tercipta sebagai makhluk zhahir yang memiliki sedikit pengetahuan tentang yang batin. Karenaya zhahiri lebih disuka daripada batini.

Masalahnya adalah bagaimana anda menaruh pandangan yang proporsional antara kehendak Tuhan dengan kehendak manusia. Ini memerlukan perenungan yang mendalam. Dan tentunya anda perlu melepaskan duga negatif akan kuasa-Nya. Bukankah sudah disampaikan-Nya melalui mulut manis kekasih-Nya, bahwa hidup tak terhenti di terminal duniawi. Masih ada terminal akhir ba’da al-mauti (setelah mati), yaitu kehidupan yang abadi.

Ketika Tuhan menciptakan beragam bentuk rupa manusia, di sanalah Dia menitipkan sebagian cobaan hidup bagi kita semua. Keindahan dan keburukan rupa sama-sama diuji dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dengan kecermatan yang tak terbayangkan, Tuhan memberikan nilai tersendiri bagi cobaan ini. Yang bersyukur, ditambahkan kepadanya nikmat, sedang yang kufur, dibayangi-Nya dengan siksa.

Dari sudut pandang inilah kita hendaknya melihat realita. Kalaupun anda merasa tersiksa dengan keadaan nyata yang menemani anda, itu adalah pilihan anda. Seperti anda yang senantiasa tak disuka oleh kebanyakan wanita, itu adalah pilihan mereka, bukan pilihan anda. Maka daripada terus meratapi fakta, mending anda mencoba untuk eling, bahwa kegundahan setiap manusia itu pasti ada akhirnya.

Kalaulah sekiranya umur anda sekarang 25 tahun, dalam jangka 40 tahun mendatang, dengan kuasa-Nya, Dia akan menuntaskan kegundahan anda. Diseru-Nya anda dengan sebutan nafsu al-muthmainnah (jiwa-jiwa yang tenang), yang mendatangi-Nya dengan penuh kebahagiaan. Dengan syarat anda mampu menunjukkan daya tahan yang matang akan segala cobaan yang diberikan-Nya.

Itu adalah alternatif terakhir. Teruslah berusaha menemukan belahan hati anda. Anggaplah orang-orang yang menolak anda itu sebagai tanda yang salah untuk nantinya anda menemukan tanda yang tepat. Selanjutnya berdoalah. Jika usaha yang terakhir belum juga menemukan titik terangnya, maka bersabarlah.

1 komentar:

Terima kasih, Anda telah meluangkan waktu mengomentari tulisan saya.