Sabtu, 01 November 2014

Dalam Politik Tuhan sudah Mati

Dalam politik Tuhan sudah mati. Tidak ada kebenaran. Yang ada hanyalah kenisbian. Nihilisme. Apa yang dianggap benar hanyalah ilusi. Masalah interpretasi. Orang-orang yang membawa moralitas dalam politik tidak lebih dari seorang munafik. Bajingan berkedok habib.

Sekarang kita memasuki dunia politik hakiki. Perebutan kuasa yang tidak alang kepalang. Tidak ada lagi yang ditakutkan. Kematian Tuhan memberikan kebebasan yang tiada batasnya. Asal ada legitimasi; memfitnah, membully, atau melacurkan diri untuk difornikasi, tak lagi peduli. Halalan thayyiba atau haraman thayyiba sudah tidak ada bedanya lagi.

Para politisi bergadang, menyusun strategi, berharap mendapatkan eureka dari diri sendiri; hanya untuk bagaimana meraih menang atas lawan. Mengangkanginya. Bahkan kalau perlu memberakinya. Man jadda wajada. Tidak ada yang berperan dalam memberikan kemenangan kecuali diri sendiri. Tuhan sudah mati.

Tuhan mungkin masih hidup di gang-gang sempit; di kantong-kantong kosong pemulung; di dompet tipis penjaja koran; di nasi kucing angkringan; di kotak semir; di kost mahasiswa kere, dan di celengan masjid. Di dalam politik Dia mati. Di instrumen-instrumennya juga; di koran-koran, tele(visi), panggung-panggung seminar, dan di toa-toa demonstran bayaran; Tuhan tidak ada jejak-Nya lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih, Anda telah meluangkan waktu mengomentari tulisan saya.