Sabtu, 01 November 2014

Sudjiwo Tedjo: Penabian Mematikan Nalar

"Pemimpin tangan besi mematikan nyali, tapi pemimpin yang dinabikan mematikan nalar;" demikian kata Sudjiwo Tedjo. Ada rasa getir dan kecewa di balik ungkapan ini. Khabarnya ditujukan pada tiga pihak: 1). presiden (Jokowi); 2). wartawan; dan 3). rakyat pendukung presiden. Ketiga-tiganya memuakkan.

Tedjo adalah budayawan cerdas. Orang-orang tahu itu. Tapi menempatkan wartawan dan "rakyat" sebagai para penabi Jokowi, tentu sangat berlebihan. Tedjo sangat tahu bagaimana karakter wartawan. Ke mana kesetiaan mereka; pada profesi kah, bos pemilik modal kah, atau kepada masyarakat kah? Sejak zaman dahulu sudah dapat dibaca.

Juga "rakyat." Keberpihakan mereka pada Jokowi tidak mesti dimaknai sebagai bentuk penabian. Walau itu akibat bius wartawan. Semenjak Jokowi jadi Gubernur sudah ada gejala pengelompokan. Apalagi saat kampanye presiden. Sebenarnya setali tiga uang, mereka yang mendukung Prabowo pun berpolah demikian. Hanya semacam gejala ashabiyyah, bukan penabian.

Rakyat pendukung Jokowi tentu bukanlah orang-orang bodoh. Nalar mereka juga tidak mati. Mereka menyadari kalau Jokowi memiliki banyak kekurangan. Bahkan sangat tidak layak untuk dinabikan. Masalahnya, pembelaan mati-matian mereka pada Jokowi tidak lepas dari kritik-kritik bodoh (malah ad hominem) yang sering dibuat oleh lawan. Saya kira, para pendukung Jokowi dapat menghargai kritik keras seperti yang dilakukan Kwik Kian Gie (kader senior PDIP) sewaktu acara ILC dalam tema "mencari menteri yang bersih."

Ungkapan Tedjo saya kira tidak lebih dari sekedar memuaskan libido kebuyawanannya saja. Dia sangat tahu itu. Kita saja yang menanggapinya berlebihan (seakan-akan suatu kebenaran). Maka adalah lebih baik menurut saya melakukan kritik dengan cara yang elegan, tidak bombastis, penuh dengan evidence yang kuat, terstruktur, sistematis, dan disajikan dalam ungkapan-ungkapan yang mudah dipahami. Kalau hanya sekedar teriak, semua orang saya yakin bisa. Bahkan anak bayi. Wallahu A'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih, Anda telah meluangkan waktu mengomentari tulisan saya.