Banyak
orang menyayangkan mengapa Asmirandah pindah agama. Tidak sedikit yang
mengatakan dia bodoh. Buta karena dimabuk cinta. Menukar akidah dengan
harga kegantengan pria (Jonas Rivanno). Seperti cerita 'Layla dan
Majnun,' Asmirandah sudah kehilangan dirinya. Hatinya dipenuhi oleh
Jonas Rivanno, tidak ada lagi ruang untuk lainnya. 'Rivanno dan
Majnunah.' Kisah cinta yang selalu dimainkan oleh anak manusia dari masa ke masa.
Berbagai sudah komentar tentang kasus Asmirandah. Rata-rata mengusung
autobiografi penuturnya. Bagaimana kiranya kalau yang menyoroti adalah
seorang Antropolog seperti Edward Evans Pritchard, mungkin akan beda
hasilnya. Sebagaimana yang telah mafhum dalam antropologi, Seorang
Pritchard tidak akan sembarang berkomentar kalau berita tidak datang
dari 'mulut' pelaku. Omongan yang cenderung menghakimi akan dipandangnya
sebagai sampah.
Seperti dalam kasus tenung (witchraft)
masyarakat Azande (Afrika Timur) yang cenderung dipandang teoritikus
reduksionis sebagai ketololan, Pritchard mengomentari sebaliknya.
Menurutnya di situlah letak kecerdasan suku Azande. Mereka memiliki
rasionalitas sendiri atas apa yang mereka lakukan. Adalah mereka yang
berkomentar miring yang buta, tidak bisa menangkap sesuatu dengan
EMPATI. Hanya mengandalkan komparasi keberadaban dengan keterbelakangan.
Melihat agama secara evolutif. Mengandalkan refleksi subjektif diri
yang sangat spekulatif. Suatu teori yang basi.
Meminjam
analisis Pritchard, kita bisa mengatakan kalau Asmirandah memiliki
rasionalitas sendiri atas keimanannya. Dia yang tahu. Kalau dia
utarakan, mungkin kita akan mengangguki suara batinnya. Tuh dalam sudut
pandang yang lebih luas, dia masih memiliki rasa agama. Rasa
berketuhanan. Walaupun dia mengambil jalan kekristenan (kalau memang
benar pindah agama). Bandingkan dengan mereka yang beragama, tapi
perilakunya sama sekali tidak memantulkan aura keberagamaan.
Mungkin begitu yang akan dikatakan Pritchard kepada kita. Tapi walaupun
kita mampu menangkap pesan Pritchard, rasanya tetap tidak mengenakkan.
Di negara ini, orang yang pindah agama, dari Islam ke Kristen, hampir
dapat dipastikan bukan karena SUBSTANSI AJARAN, lebih karena
permasalahan keduniawian. Sebaliknya, orang pindah ke Islam, dari agama
apapun dia berasal, cenderung karena ajaran. Wallahu A'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih, Anda telah meluangkan waktu mengomentari tulisan saya.