Jumat, 23 Mei 2014

Partai-Partai Betina

Jantan itu konsep gender; bukan seks. Seorang perempuan bisa saja disebut jantan. Mak Eroh dari desa Pasir Kadu, Tasikmalaya misalnya; dengan perkasa dia membelah bukit cadas mengalirkan air sungai Cilutung ke desanya. Ibu-ibu di pasar Beringharjo Yogyakarta juga. Pagi-pagi buta bersepeda puluhan kilo membawa dagangan ke pasar untuk memperoleh sepuluh atau duapuluh ribu rupiah di subuh pagi.

Beda dengan partai-partai politik kita; mereka banyak yang betina. Dihadapkan pada pertarungan Jokowi (PDIP) dan Prabowo (Gerindra); nyali mereka ciut untuk mengusung calon sendiri. Tampaknya mereka sudah dikebiri. Bukan oleh belati, tapi oleh nafsu rendah mereka sendiri. Benarlah apa yang dikatakan Machiavelli, seorang pangeran itu harus bersikap pragmatis. Jika melihat ada dua kubu besar bertarung, usahakan memihak yang lebih kuat; agar mendapat bagian maksimal dari pampasan perang.

Sangat menyedihkan. Orang-orang cerdas ternyata banyak yang betina. Padahal jika pilihan ada di tangan konstituen, mereka akan memilih bertarung. Mengusung capres sendiri. Atau kalau tidak bisa, memilih jadi oposisi. PKB, PKS, PPP, dan Hanura, lebih dari cukup untuk membangun koalisi. Tapi mereka tidak mau. Lebih memilih merapat ke partai besar. Berharap menang. Mendapat bagian. Menjual keberhasilan menterinya untuk pemilu lima tahun yang akan datang.

Aku tidak berselera melihat pertarungan Jokowi dan Prabowo tanpa ada kontestan lain. Betina-betina itu telah merusaknya. Dengan dipaksa-paksakan, alasan kesamaaan visi, konstituen dikelabui. Apakah mereka gentar dengan kata orang, bahwa tempat tergelap di neraka dicadangkan bagi mereka yang tetap bersikap netral di saat krisis moral (Dan Brown, Inferno). Ah, kukira yang tidak bermoral secara politis adalah betina-betina itu. Pemihakan mereka adalah ketakutan mereka. Takut tidak dapat bagian. Moralitas palsu.

Bukankah dengan banyaknya kontestan, antara the ruling party dengan oposisi nantinya akan berimbang. Koalisi cenderung menghambat pergerakan. Banyak permintaan. Cerewet. Opisisi adalah jantan. Berani bertarung, kalah, tidak takut kesepian. Apakah ini kodratnya politik, selalu diisi oleh betina-betina? Entahlah, Aku hanya mengamati. Boleh jadi salah. Orang-orang sedang bermain coreng arang ke wajah Jokowi dan Prabowo. Kurasa mereka hanyalah orang dewasa yang dikendalikan oleh jiwa kanak-kanaknya. Hilang akal sehatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih, Anda telah meluangkan waktu mengomentari tulisan saya.