Jantan
itu konsep gender; bukan seks. Seorang perempuan bisa saja disebut
jantan. Mak Eroh dari desa Pasir Kadu, Tasikmalaya misalnya; dengan
perkasa dia membelah bukit cadas mengalirkan air sungai Cilutung ke
desanya. Ibu-ibu di pasar Beringharjo Yogyakarta juga. Pagi-pagi buta
bersepeda puluhan kilo membawa dagangan ke pasar untuk memperoleh
sepuluh atau duapuluh ribu rupiah di subuh pagi.
Beda dengan partai-partai politik kita; mereka banyak yang betina.
Dihadapkan pada pertarungan Jokowi (PDIP) dan Prabowo (Gerindra); nyali
mereka ciut untuk mengusung calon sendiri. Tampaknya mereka sudah
dikebiri. Bukan oleh belati, tapi oleh nafsu rendah mereka sendiri.
Benarlah apa yang dikatakan Machiavelli, seorang pangeran itu harus
bersikap pragmatis. Jika melihat ada dua kubu besar bertarung, usahakan
memihak yang lebih kuat; agar mendapat bagian maksimal dari pampasan
perang.
Sangat menyedihkan. Orang-orang cerdas ternyata banyak
yang betina. Padahal jika pilihan ada di tangan konstituen, mereka akan
memilih bertarung. Mengusung capres sendiri. Atau kalau tidak bisa,
memilih jadi oposisi. PKB, PKS, PPP, dan Hanura, lebih dari cukup untuk
membangun koalisi. Tapi mereka tidak mau. Lebih memilih merapat ke
partai besar. Berharap menang. Mendapat bagian. Menjual keberhasilan
menterinya untuk pemilu lima tahun yang akan datang.
Aku tidak
berselera melihat pertarungan Jokowi dan Prabowo tanpa ada kontestan
lain. Betina-betina itu telah merusaknya. Dengan dipaksa-paksakan,
alasan kesamaaan visi, konstituen dikelabui. Apakah mereka gentar
dengan kata orang, bahwa tempat tergelap di neraka dicadangkan bagi
mereka yang tetap bersikap netral di saat krisis moral (Dan Brown,
Inferno). Ah, kukira yang tidak bermoral secara politis adalah
betina-betina itu. Pemihakan mereka adalah ketakutan mereka. Takut tidak
dapat bagian. Moralitas palsu.
Bukankah dengan banyaknya
kontestan, antara the ruling party dengan oposisi nantinya akan
berimbang. Koalisi cenderung menghambat pergerakan. Banyak permintaan.
Cerewet. Opisisi adalah jantan. Berani bertarung, kalah, tidak takut
kesepian. Apakah ini kodratnya politik, selalu diisi oleh betina-betina?
Entahlah, Aku hanya mengamati. Boleh jadi salah. Orang-orang sedang
bermain coreng arang ke wajah Jokowi dan Prabowo. Kurasa mereka hanyalah
orang dewasa yang dikendalikan oleh jiwa kanak-kanaknya. Hilang akal
sehatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih, Anda telah meluangkan waktu mengomentari tulisan saya.