Jumat, 23 Mei 2014

Tolong Jangan Lewat Kemenag

Seorang anak laki-laki yatim menulis surat kepada Tuhan. Dia mengeluhkan nasib keluarganya yang susah. Surat yang ditulisnya itu dimasukkan ke dalam botol dan dilarutkan ke laut.

Berminggu-minggu risalah dalam botol itu terombang-ambing di laut hingga akhirnya terdampar di pantai. Mujur, botol yang berisi surat itu ditemukan oleh pegawai Kemenag (Kementerian Agama) yang kebetulan berlibur bersama keluarga di pantai.

Setelah membaca isi surat yang lengkap dengan alamat, pegawai Kemenag membawa surat itu ke rumah. Pada hari kerja, surat itu dibawanya ke kantor, dan disampaikannya kepada atasan. Atasan terlihat sedih membaca baris demi baris rintihan nasib si anak yatim.

Pada bagian isi surat, anak malang itu sangat berharap mendapatkan uang satu juta dari Tuhan untuk mengatasi keuangan keluarganya. Sang atasan pun bereaksi. Dalam kesempatan rapat, dia utarakan isi surat anak yatim, dan mengajak bawahannya untuk menyumbang semampunya.

Dari hasil tarikan, terkumpulah uang sebanyak 700 ribu rupiah. Uang yang terkumpul kemudian dikirimkan ke alamat anak yatim dengan status pengirim Kemenag. Setelah berselang sehari, uang kiriman Kemenag sampai. Anak yatim malang terlihat sangat bahagia. Tuhan telah menjawab suratnya.

Namun ketika mengetahui jumlah uang yang diterima, anak malang itu berubah sedih. Bukankah dia dalam surat meminta kepada Tuhan satu juta, tapi mengapa yang diterima cuma 700 ribu? Malam, sehabis shalat isya, anak yatim itu berbicara kepada Tuhan. Katanya: "Tuhan, hamba sangat berterima kasih atas kiriman uangnya. Tapi hamba mohon, kalau besok hamba meminta lagi, tolong jangan kirimkan lewat Kemenag, nanti mereka potong lagi uangnya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih, Anda telah meluangkan waktu mengomentari tulisan saya.