Ketika
membaca ayat Quran 'wa maa ya'lamu junuuda rabbika illa Huwa', dan
tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu kecuali Dia
(al-Muddatstsir/74:31); saya teringat revolusi Perancis (1789-1871) yang
melahirkan manusia seperti Maxilien Robespierre (1758-1794).
Setelah berhasil menumbangkan raja Louis xvi, Robespierre memaklumatkan 'la grande terreur,' teror
agung, pembersihan rakyat Perancis dari orang-orang kotor demi
mewujudkan kehendak umum rakyat. Robespierre mengidentifikasikan
kehendaknya sendiri dengan kehendak rakyat. Atas nama kehendak rakyat,
Robespierre menghukum mati siapa saja asal dicurigai sebagai anti
revolusi. Kecurigaan rakyat (kecurigaan Robespierre) selalu benar.
Dalam the reign of terror (kekuasaan teror) Robespierre, 300 ribu orang
ditahan karena dicurigai sebagai anti revolusi; 10 ribu mati di
penjara; dan 17 ribu dipancung dengan guillotine. Bahkan Danton,
kawannya ketika menjatuhkan raja Louis xvi, ikut dipancung di bawah
guillotine.
Kehendak rakyat yang ditafsirkan oleh Robespierre
ternyata sangat mengerikan. Karena itu orang-orang - terutama pejabat
korup - takut kalau-kalau mendapat giliran. Konspirasi dimulai. Pada
suatu siang, Robespierre ditangkap; dituduh sebagai pengkhianat. Esok
harinya, kepalanya turut menjadi kurban guillotine. 28 Juli 1794, kepala
Robespierre menjadi saksi bagi berakhirnya the reign of terror.
Jika Robespierre mengidentifikasikan kesadarannya dengan kesadaran umum
rakyat, sekarang banyak orang yang mengidentifikasikan kesadaran
dirinya dengan kesadaran Tuhan. Mereka mengklaim sebagai junuud Allah
(tentara Tuhan). Sekiranya orang-orang ini berkuasa; dapat dibayangkan,
la grande terreur ala Robespierre bisa berulang. Bukan atas nama rakyat,
tapi atas nama Tuhan. Bukan hanya 17 ribu orang, tapi jutaan orang bisa
diguillotinekan. Mungkin.
Tuhan, matikanlah hamba sebelum masa itu tiba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih, Anda telah meluangkan waktu mengomentari tulisan saya.