Sabtu, 24 Mei 2014

Kita Harus Punya Musuh, atau Setidaknya Lawan

Keadaan damai sering membuat orang jadi lemah, sementara perang menjadikan orang selalu prima. Demikian yang kubaca dari Francis Bacon (w.1626 M); perintis metode ilmiah modern, induksi. Pernyataan Bacon ini tampaknya bersahutan dengan film Life of Pi yang mendapat banyak pujian dari para kritikus film.

Selama 227 hari terombang ambing di lautan bersama seekor harimau Benggala (Richard Parker), Pi (Piscine Molitor) akhirnya selamat terdampar di pesisir Meksiko. Pada suatu kesempatan, si harimau lemas tidak dapat naik ke sekoci; dan Pi sebenarnya bisa saja membunuhnya. Tapi tidak ia lakukan. Keberadaan harimau di sekoci membuat ia tetap siaga. Dengan membuat rakit berdempetan sekoci, Pi bertahan sampai tujuh setengah bulan di laut.

Kita memang harus punya musuh, atau setidaknya lawan. Jika musuh dapat dimaknai sebagai antagonisme total, maka lawan adalah antagonisme parsial. Real Madrid tidak benar-benar memusuhi Barcelona. Mereka hanya melawannya. Tidak benar-benar menegasikannya. Karena keberadaan Barcelona meneguhkan eksistensinya. Walau dalam kondisi tertentu, Real Madrid kadang menempatkan Barcelona sebagai musuhnya.

Namun jika kita mempercayai pandangan Hobbes (w.1679 M), secara laten manusia itu saling bermusuhan. Bagi Hobbes, manusia itu makhluk egois, mencintai diri, dan suka mencari kenikmatan, atau hedonis. Manusia dalam gambaran semacam ini adalah makhluk antisosial. Karena sukanya mencintai diri, mementingkan diri sendiri, maka manusia saling bertabrakan dengan manusia lainnya. Akhirnya manusia saling berebut, ingin menguasai; perang semua lawan semua (bellum omnes contra); menjadi serigala bagi sesamanya (homo homini lupus).

Aku perhatikan, dalam persaingan antara Jokowi dan Prabowo, orang-orang melimpah ruah energinya. Saling menyerang. Kuat-kuatan. Walau kadang Aku berpikir, orang-orang itu sudah gila. Untuk apa dan untuk siapa mereka melakukan? Perang posting di dunia maya. Tidak ada capeknya. Selalu mencari cara. Dan akhirnya kusimpulkan, ketika bermusuhan, orang semakin prima. Cerdas sekaligus gila. Kalau Aku diminta memberi saran, hanya satu kata: lanjutkan...!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih, Anda telah meluangkan waktu mengomentari tulisan saya.